Kopiah Riman Peci Bangsawan Aceh



Kopiah Riman Peci Bangsawan Aceh







Kopiah Riman | Saniah LS

Kopiah Riman adalah produk khas kopiah tradisional Aceh. Kopiah Riman merupakan sejenis peci yang dipakai kaum laki-laki bangsawan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda. Saat ini, Kopiah Riman banyak diproduksi secara rumahan oleh ibu-ibu yang tinggal di Desa Dayah Adan, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, sebagai usaha sampingan, selain bertani dan berdagang.

Dari sejarah, pembuatan Kopiah Riman sudah lama tidak dilakukan lagi, namun pada tahun 1985 usaha pembuatan Kopiah Riman ini dihidupkan kembali. Awalnya, warga Desa Dayah Adan membuat Kopiah Riman untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Namun karena banyaknya permintaan dan harganya yang juga cukup tinggi, sehingga dijadikan sebagai mata pencarian.

Mariami, Ketua Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Kembang Riman yang juga Ibu Keuchik (Ibu Lurah) Desa Dayah Adan bersama 10 ibu rumah tangga di gampong (desa) nya, menjadikan kerajinan tangan khas Pidie ini sebagai produk rumahan mereka.

Setiap hari, disela-sela waktu  senggang, Mariami dan kelompoknya membuat Kopiah Riman di teras ataupun ruang tamu rumah mereka. Tutup kepala tradisional yang dipakai kaum pria Aceh ini, terbuat dari bahan baku serat pohon aren (dulu serat pohon riman) dan menggunakan pewarna alami dari tumbuhan.

“Hampir semua keluarga di sini pintar membuat Kopiah Riman. Keterampilan membuat kopiah, kami dapatkan turun temurun dari nenek moyang kami. Sehingga desa kami ini disebut sebagai desa Pengrajin Kopiah Riman,” sebut Mariami.

Menurut Mariami, sebulan kelompok ini mampu membuat dua hingga tiga kopiah riman. Setelah kopiah jadi, kopiah dikumpulkan dan  kemudian di bawa ke toko-toko souvenir yang ada di Kabupaten Pidie, Kota Banda Aceh, dan beberapa kabupaten/kota lainnya yang ada di Aceh, untuk dijual. Kopiah Riman dijual mulai dengan harga kisaran Rp150 ribu hingga Rp400 ribu per buah (sesuai ukuran dan kehalusan benang).

Pemasaran Kopiah Riman tidak saja dipasarkan di sekitar Aceh, tetapi juga tersebar di beberapa daerah di Indonesia dan bahkan telah sampai ke negara jiran, Malaysia. Peci tradisional yang banyak dipakai para pejabat Aceh, dipesan dan kemudian dibawah ke luar Aceh, sebagai cinderamata/oleh oleh khas Aceh dari Pidie.

Pembuatan penutup kepala tradisional Aceh ini membutuhkan ketrampilan khusus dan ketelatenan tertentu. Meskipun bentuknya sederhana. membuat kopiah ini memakan waktu cukup lama, mulai dari proses pembuatan benang hingga memintalnya menjadi peci.

“Kalau proses merajutnya menjadi kopiah memakan waktu sekitar 15- 30 hari pengerjaannya. Karena kami mengerjakannya disaat waktu luang,” tutur Mariami.

Pembuatan Kopiah Riman dimulai dari proses pembuatan benangnya lebih dulu. Benang-benang dari serat batang pohon aren itu memerlukan proses waktu paling lama seminggu. Mulai dari pengambilan batang pohon aren pilihan, pewarnaan, hingga menjadi gulungan benang.






Perajut Kupiah Riman di Dayah Adan | Saniah LS.

“Benang-benang ini biasanya dibuat dalam dua warna, hitam dan kuning emas,” tuturnya lagi.

Sedangkan untuk bentuk, topi yang berfungsi sebagai penutup kepala kaum pria di Aceh ini  diproduksi Kelompok UPPKS Kembang Riman dalam  bentuk bulat dan lonjong. Sementara untuk memperindah, kopiah diberi berbagai macam corak khas Aceh. Antaranya pintu Aceh, pucok rebong, bungong keupula (bunga kupula), bungong tron, bungon puteng, rantai, pagar, kaki kepiting, dan bunga tembak.

Ada sekitar 20 motif yang dikembangkan kelompok UPPKS Kembang Riman. Karena, motif-motif pada Kopiah Riman dinilai sebagai karya seni yang memiliki nilai-nilai estetika, sehingga harga jual topi penutup kepala tradisional Aceh ini tinggi. Dan hanya dipakai oleh kaum laki-laki kalangan menengah ke atas.

Proses Pembuatan Benang

Pada awalnya bahan serat benang terbuat dari pelepah daun riman, namun karena pohon semakin sulit sehingga diganti dengan pelepah pohon aren. Pelepah pohon aren di ambil kemudian dipukul-pukulkan dalam posisi berdiri hingga ampas serat terbuang. Setelah itu serat-serat pada pelepah pohon aren dikeluarkan satu persatu dengan menggunakan jarum.

Setelah serat pelepah pohon aren berwarna krem itu dipisahkan antara yang halus dan kasar sebelum dilakukan pewarnaan. Ohya, serat yang halus digunakan dibagian luar kupiah, sedangkan kasar digunakan bagian dalam kupiah. Kemudian diberi warna (hitam/kuning emas).

Proses perwarnaan dilakukan dengan cara, serat-serat pelepah pohon aren direbus ke dalam belanga yang di dalamnya telah dilapisi daun keladi. Setelah serat-serat tadi dimasukan ke dalam belanga berisi air yang dicampur dengan daun peuno, daun bunga tanjung, dan putik kelapa, kemudian direbus sekitar 10 jam.

Setelah selesai direbus, serat benang dari pelepah pohon aren dilumpurkan  selama dua hari.  Setelah itu diangkat dan dianginkan. Kemudian dicuci dengan air remasan daun peuno. Proses ini (menanam serat ke dalam lumpur) dilakukan selama tiga kali. Setelah itu baru serat-serat tersebut dirajut menjadi Kopiah Riman.

Subscribe to receive free email updates: